Langsung ke konten utama

Tinta Bisa Mendeteksi Bahan Peledak

Para ilmuwan telah mengembangkan zat cair seperti tinta yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan bahan peledak. Sistem yang menggunakan zat ini siap digunakan di alat pendeteksi bahan peledak di bandara mulai tahun depan.
Tinta tersebut dibuat dari partikel yang berubah warna dari biru gelap menjadi kuning pucat atau transparan pada saat ada bahan peledak yang terbuat dari peroksida. Unsur tersebut merupakan bahan baku peledak yang digunakan teroris untuk mengebom London pada tahun 2005.
Perubahan warna yang terjadi secara instan merupakan sensor untuk mendeteksi uap dari bahan peledak yang tersimpan di dalam pakaian atau makanan.
"Tinta ini akan digunakan di berbagai tempat yang biasa disasar teroris dengan bahan peledak, termasuk medan perang, bandara, dan terowongan bawah tanah," kata pemimpin studi Dr Allen Apblett dari Oklahoma State University, Amerika Serikat.
Untuk menguji, tinta dapat diteteskan ke dalam cairan nonminuman. Pada cairan minuman, pengujian dilakukan dengan tabung khusus yang dimasukkan ke dalam minuman. Reaksi terjadi di dalam tabung dan tidak mencemari minuman. Apblett berharap cairan ini sudah dapat digunakan di bandara setidaknya tahun depan.
by KOMPAS.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tron

ini film yg sangat seru dan fantastik

Inilah Universitas Waria Pertama di Dunia

Ketika tuntutan persamaan hak sudah dilontarkan dan persamaan persepsi sudah bisa diterima di masyarakat, maka dibentuklah suatu Universitas yang mahasiswanya (mahasiswa atau mahasiswi?)    adalah para pelaku transgender alias waria. Universitas ini ada di Thailand, yang menjadi surga kebebasan transgender tentunya. Pendidikan yang diberikan lebih ke arah pembekalan diri bidang ilmu ketrampilan, seperti Pengembangan Kepribadian, Tata Boga, Tata Busana, Tata Rias. sumber Beritaunik.com

136 Anak Meninggal Setiap Hari

Data Bank Dunia tahun 2008 menunjukkan, sebanyak 50.000 anak Indonesia meninggal dunia karena masalah sanitasi air dalam setahun. Itu berarti rata-rata ada 136 anak yang meninggal setiap hari karena tak terjaminnya kebutuhan air bersih. Pernyataan ini disampaikan Saiful Munir, Sekjen Lingkar Studi Aksi Demokrasi Indonesia (LS ADI), saat unjuk rasa peringatan Hari Air Sedunia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2011). "Kebijakan yang keliru dari pihak pemerintah dalam menyediakan akses air bersih kepada masyarakat menyebabkan banyak anak menjadi korban," kata Saiful. Menurutnya, seharusnya pemerintah bertugas melaksanakan amanat konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Itu artinya, pemerintah perlu mengupayakan air bersih gratis bagi rakyat. "Bukannya diprivatisasi sebagaimana terjadi saat ini," tambah Saiful. Muhammad Reza, Koordinator Advokasi Koalisi Rakyat untu...